Micro teaching
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Guru atau pendidik yang baik adalah, mereka yang berhasil membawa peserta
didik mencapai tujuan dan hasil yang baik sesuai dengan kaidah yang berlaku
dalam suatu pendidikan. Untuk mencapai efektifitas suatu pembelajaran, tentunya
dibutuhkan seorang guru profesional yang betul-betul memahami tentang bagaimana
melaksanakan suatu pembelajaran dengan baik, serta memiliki ketrampilan (skill) dasar
mengajar yang baik sebelum melaksankan tugas sebagai seorang pendidik atau guru
.[1]
Pengajaran Mikro (Micro-Teaching) mulai
dikembangkan
di Universitas Stanford pada Tahun 1963, dalam rangka
menemukan metode latihan bagi para calon guru yang lebih efektif. Pengajaran
Mikro sebagai suatu teknik latihan guru berdasarkan rasional, yang terdiri atas
: Pengajaran yg Nyata, Konsentrasi pada Keterampilan Mengajar, Menggunakan Informasi
dan Pengetahuan tentang Tingkah Laku Belajar sebagai Umpan Balik, berdasarkan
Kemampuan Calon dan Pengaturan Distribusi Latihan Keterampilan dalam Periode
Waktu Tertentu. Mengajar merupakan pekerjaan Profesional yang memerlukan
keahlian khusus yang ditempuh melalui Pendidikan dan Pengalaman. [2]
Untuk dapat melaksanakan Tugas dan
Tanggung Jawab secara Profesional, Guru/Pendidik/Pengajar/Dosen harus memiliki
Kemampuan dan Keterampilan Mengajar secara Teori maupun Praktek. Kemampuan
Mengajar merupakan perpaduan antara Kemampuan Intelektual, Keterampilan
Mengajar, Bakat dan Seni. Keterampilan Mengajar dapat dilatih secara terus –
menerus melalui Pelatihan Mengajar. Kemampuan Intelektual dapat dipelajari dari
Teori Pendidikan dan Teori Belajar Mengajar. Sedangkan Bakat dan Seni Mengajar
dapat dikembangkan melelui berbagai Pengalaman Mengajar. Penggunaan Pengajaran
Mikro (Micro-Teaching) sebagai teknik dan prosedur latihan mengajar
didasari oleh banyak hal.
Penerapan pendekatan pelatihan mengajar
secara tradisional dipandang kurang mampu membekali Kesiapan Mental, Kemampuan
dan Keterampilan Mengajar Calon Guru/Pendidik/Pengajar/Dosen untuk tampil di
depan kelas (Real Classroom). Hal ini disebabkan pelatihan mengajar
dengan teknik Tradisional dilakukan secara langsung di sekolah. Sementara itu Keprofesionalisme
seorang pendidik dapat diperoleh dari pelatihan serta pengalaman belajar.
Pelatihan dan pengalaman itu sendiri dapat diperoleh antara lain dengan
mengikuti pembelajaran micro (micro teaching). Pembelajaran micro
memiliki tujuan untuk membekali para calon pendidik (guru) agar memiliki
beberapa keterampilan dasar dalam mengajar, serta dapat mendalami makna dan
strategi yang akan digunakan pada suatu proses pembelajaran.
Oleh karena itu, pembelajaran mikro sangat dibutuhkan oleh seorang calon
tenaga pendidik (guru) dalam bentuk peer teaching dengan
harapan agar para calon pendidik sekalius dapat menjadi pengamat bagi teman
sesama calon pendidik, untuk saling memberikan koreksi dan masukan mengenai
penguasaan keterampilan dasar mengajar yang dimilikinya.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari micro teaching ?
2. Bagaimanakah Tujuan micro teaching ?
3. Bagaimanakah
Manfaat micro teaching sebagai sumber belajar ?
4. Bagaimanakah
Tahapan dan prosedur micro teaching ?
5. Bagaimanakah
Kendala pelaksanaan micro teaching ?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui
pengertian dari micro teaching.
2.
Untuk mengetahui Tujuan micro
teaching.
3.
Untuk mengetahui Manfaat micro
teaching sebagai sumber belajar.
4.
Untuk mengetahui Tahapan dan
prosedur micro teaching.
5.
Untuk mengetahui Kendala
pelaksanaan micro teaching.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Micro
teaching
Secara etimologis, micro
teaching berasal dari dua kata yaitu micro berarti
kecil, terbatas, sempit dan teaching berarti pembelajaran Secara
terminologis, micro teaching adalah redaksi yang
berbeda-beda namun mempunyai subtansi makna yang sama
pengajaran Mikro (Micro-Teaching) merupakan salah satu bentuk
Model Praktek Kependidikan atau Pelatihan
Mengajar. Dalam konteks yang sebenarnya, mengajar mengandung banyak tindakan,
baik mencakup Teknis Penyampaian Materi, Penggunaan Metode, Penggunaan Media,
Membimbing Belajar, Memberi Motivasi, Mengelola Kelas, Memberikan
Penilaian dst. Dengan kata lain; bahwa Perbuatan Mengajar itu sangatlah
Kompleks. Oleh karena itu, dalam rangka Penguasaan Keterampilan Dasar Mengajar,
calon Guru/Dosen perlu berlatih secara Parsial, artinya : Tiap –
tiap Komponen Keterampilan Dasar Mengajar itu perlu dikuasai secara terPisah –
Pisah (Isolated). Berlatih untuk menguasai Keterampilan Dasar
Mengajar seperti itulah yang dinamakan Micro-Teaching (Pengajaran
Mikro). Pengajaran Mikro (Micro-Teaching) merupakan suatu situasi
pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah siswa yang terbatas, yaitu
selama 5 – 20 menit dengan jumlah siswa sebanyak 3 – 10 orang. (Cooper dan
Allen, 1971). Bentuk pengajaran yang sederhana, dimana calon guru/dosen
berada dalam suatu lingkungan kelas yang terbatas dan terkontrol. Dan hanya
mengajarkan Satu Konsep dengan menggunakan Satu atau Dua Keterampilan Dasar
Mengajar.[1]
Terdapat beberapa Definisi tentang
Pengajaran Mikro (Micro Teaching) yang dapat dikemukakan para ahli diantaranya
adalah:
1.
Menurut cooper and
Allen(1971), pengajaran mikro (microteaching) merupakan salah
satu bentuk model praktek kependidikan atau pelatihan mengajar.
2.
Menurut
Jensen (dalam Yatiman ,1999), pengajaran Micro
sebagai suatu sistem yang memungkinkan seorang calon guru mengembangkan
ketrampilannya dalam menerapkan teknik mengajar
tertentu.
3.
Mc. Laughlin dan Moulton (1975) yang menjelaskan bahwa “microteaching
is as performance training method to isolate the component parts of the
teaching process, so that the trainee can master each component one by one in a
simplified teaching situation” (pembelajaran mikro pada intinya adalah
suatu pendekatan atau model pembelajaran untuk melatih penampilan/ keterampilan
mengajar guru melalui bagian demi bagian dari setiap keterampilan dasar)
4.
A. Perlberg (1984) menjelaskan bahwa “micro teaching is a laboratory
training procedure aimed at simplifyng the complexities of regular teaching-learning
processing” (pembelajaran mikro pada dasarnya adalah sebuah
laboratorium untuk lebih menyederhanakan proses latihan kegiatan belajar
mengajar/pembelajaran).
5.
Sugeng Paranto (1980) menjelaskan bahwa pembelajaran mikro merupakan salah satu cara latihan
praktek mengajar yang dilakukan dalam proses belajar mengajar yang di “mikro”
kan untuk membentuk mengembangkan keterampilan mengajar.[2]
Dari beberapa uraian diatas dapat simpulkan
bahwa, micro teaching adalah suatu strategi yang telah
dimodifikasi secara khusus untuk memberikan pelatihan mengajar terhadap
para calon pendidik (guru) dengan tujuan untuk mengembangkan keterampilan dasar
mengajar seorang calon pendidik, dalam bentuk pengajaran mikro (skala kecil),
dengan menyederhanakan atau memperkecil aspek pembelajarannya seperti jumlah
murid, waktu dan materinya, sehingga para calon pendidik dapat memahami
kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya, serta dapat memperbaiki kelemahan dan
mengembangkan kemampuan tersebut agar dapat menjadi seorang pendidik (guru)
yang professional.
Aspek-aspek pembelajaran yang dimaksud adalah dalam
segi:
a.
Jumlah murid
Jumlah murid pada suatu
pembelajaran mikro tentu berbeda dengan jumlah murid pada system pembelajaran
makro. Dalam pembelajaran mikro, jumlah murid disederhanakan atau diperkecil
menjadi 5-10 orang.[3]
b.
Alokasi waktu
Demikian juga dengan
waktu mengajar. Dalam pembelajaran makro (real teaching), waktu
mengajar berkisar dari 45-90 menit, namun pada pembelajaran mikro waktu
mengajar disederhakan atau diperpendek menjadi 5-10 menit.
c.
Materi/bahan ajar
Materi atau bahan ajar
dalam pembelajaran mikro hanya mencakup 1-2 aspek yang telah disederhanakan.
B.
Tujuan micro
teaching
Tujuan pengajaran micro
teaching dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu, tujuan umum dan tujuan
khusus, yaitu :
1.
Tujuan umum
Tujuan micro teaching
menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
a.
Menurut Rostiyah,
tujuan micro teaching adalah untuk mempersiapkan calon guru
menghadapi pekerjaan sepenuhnya dimuka kelas dengan memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap sebagai seorang guru professional.[4]
b.
Dwight Allen
mengemukakan, bahwa tujuan pembelajaran mikro adalah:
1)
Bagi siswa calon guru
a)
Memberikan pengalaman
belajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah.[5]
b)
Calon guru dapat
mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum mereka terjun kekelas yang
sebenarnya.
c)
Memberikan kemungkinan
bagi calon guru untuk menguasai beberapa keterampilan dasar mengajar serta
memahami kapan dan bagaimana keterampilan itu diterapkan, sehingga calon guru
mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif, efisen dan menarik.
2)
Bagi guru
a)
Memberikan penyegaran
dalam program pendidikan.
b)
Guru mendapatkan
pengalaman belajar mengajar yang bersifat individual demi perkembangan profesinya.
c)
Mengembangkan sikap
terbuka bagi guru pembaharuan yang yang berlangsung dipranata pendidikan.[6]
Adapun tujuan umum
dari micro teaching adalah, mengembangkan atau meningkatkan
keterampilan dasar mengajar yang dimiliki oleh seorang calon pendidik (guru),
sehingga mereka memiliki kesiapan diri untuk mengajar disuatu lembaga
pendidikan (sekolah), dan dalam konteks mengajar yang sesungguhnya.
2.
Tujuan khusus
Secara khusus, micro
teaching memiliki tujuan yaitu:
a.
Calon guru mampu
menganalisis tingkah laku pembelajaran kawannya dan dirinya sendiri.
b.
Calon guru mampu
melaksanakan berbagai jenis keterampilan dalam proses pembelajaran.
c.
Calon guru mampu
mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif, produktif, dan efisien.
d.
Calon guru mampu
bertindak profesional
Fungsi micro teaching sebagai sumber belajar Micro
teaching ialah untuk memperkuat program Pengalaman Lapangan. Berlatih micro
teaching menyebabkan merasa lebih terampil serta yakin dalam melaksanakan PPL.
Hal ini didukung oleh beberapa hal di bawah ini:
1)
Mahasiswa yang baik dalam micro
teaching, baik juga dalam PPL.
2)
Mahasiswa yang lulus micro
teaching lebih trampil dalam PPL daripada yang tidak mengikuti micro
teaching.
3)
Mahasiswa yang telah mengikuti
program micro teaching memperoleh nilai tinggi dalam PPL.
4)
Micro teaching sangat bermanfaat
bagi mahasiswa yang berprestasi sedang, sedangkan bagi yang kemampuannya lambat
atau sangat pandai kurang bermanfaat.
5)
Interaksi antara guru-siswa menjadi
lebih baik pada calon guru yang telah mengikuti program micro teaching. [7]
Pengajaran Mikro (Micro Teaching)
dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan model praktik pengajaran tradisional.
Melalui Pengajaran Mikro (Micro Teaching), keterampilan mengajar yang
potensial dapat diorganisasikan dalam satu penampilan yang utuh. Praktikan akan
lebih siap dan terampil untuk mengantisipasi perilaku mengajar yang sebenarnya
di kelas. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengajaran Mikro (Micro
Teaching) memberikan pengaruh positif dalam melatih keterampilan mengajar
di kelas. Brown dan Ametrong (1975), mencatat hasil Riset tentang
Manfaat Pengajaran Mikro (Micro Teaching) sebagai berikut :
1.
Korelasi
antara Pengajaran Mikro (Micro Teaching) dan Praktik Keguruan sangat
tinggi. Artinya : Calon Guru/Dosen yang berpenampilan baik dalam Pengajaran
Mikro (Micro Teaching), akan baik pula dalam Praktik mengajar di kelas.
2.
Praktikan
yang lebih dulu menempuh program Pengajaran Mikro (Micro Teaching) ternyata
lebih baik/lebih terampil dibandingkan praktikan yang tidak mengikuti
Pengajaran Mikro (Micro Teaching).
3.
Praktikan
yang menempuh Pengajaran Mikro (Micro Teaching) menunjukkan prestasi
mengajar yang lebih tinggi.
4.
Bagi
Praktikan yang telah memiliki kemampuan tinggi dalam pengajaran, Pengajaran
Mikro (Micro Teaching) kurang
bermanfaat.
5.
Setelah
mengikuti Pengajaran Mikro (Micro Teaching), praktikan dapat menciptakan
interaksi dengan siswa secara lebih baik.
6.
Penyajian
model rekaman mengajar lebih baik daripada model lisan sehingga lebih
signifikan dengan keterampilan mengajar.
Berdasarkan
hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan bahwa praktikan yang memiliki
prestasi tinggi dalam pembelajaran Pengajaran Mikro (Micro Teaching) akan berprestasi pula dalam praktik mengajar.
Oleh karena itu, perbedaan prestasi Pengajaran Mikro (Micro Teaching) diantara praktikan, akan diikuti pula oleh
perbedaan prestasi praktik mengajarnya.
C.
Manfaat micro teaching
sebagai sumber belajar.
Pengajaran mikro bertujuan membekali
tenaga pendidik beberapa keterampilan dasar mengajar dan pembelajaran. Bagi
calon tenaga pendidik metode ini akan memberi pengalaman mengajar yang nyata
dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah. sedangkan
bagi calon tenaga pendidik dapat mengembangkan keterampilan dasar mengajarnya
sebelum mereka melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik. Memberikan
kemungkinan calon tenaga pendidik untuk mendapatkan bermacam keterampilan dasar
mengajar serta memahami kapan dan bagaimana menerapkan dalam program
pembelajaran. sehingga pada akhir masa kuliah mahasiswa diharapkan memiliki
kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan nilai–nilai dasar atau sikap yang
direfleksikan dalam berfikir dan bertindak) sebagai calon guru sehingga
memiliki pengalaman melakukan pembelajaran dan kesiapan untuk melakukan praktek
pendidikan di sekolah. [8]
Sementara itu manfaat dari micro
teaching adalah sebagai berikut:
1.
Mengembangkan dan menmbina
keterampilan tertentu calon guru dalam mengajar.
2.
Keterampilan mengajar terkontrol dan
terlatih.
3.
Perbaikan atau penyempurnaan secara
cepat dapat segera dicermati.
4.
Latihan penguasaan keterampilan
mengajar lebih baik.
5.
Saat latihan berlangsung, calon guru
dapat memusatkan perhatian secara objektif.
6.
Meningkatkan efisiensi dan
efektifitas dalam praktek mengajar yang relatif singkat.[9]
D.
Tahapan dan prosedur micro
teaching.
Pada dasarnya tahapan pelaksanaan
Pengajaran Mikro (Micro Teaching) dapat digambarkan sebagai berikut :
Diagram Pelaksanaan Pengajaran Mikro
(Micro Teaching)

Dalam pelaksanaan micro teaching,
Asril menjelaskan beberapa siklus secara sistematis. Berikut beberapa siklus
tersebut :
1.
Memahami teori atau hasil penelitian
ketrampilan mengajar.
2.
Mendiskusikan prinsip dan ketrampilan
yang harus dikerjakan.
3.
Mempraktikkan ketrampilan mengajar
dengan teman-teman selama 10-15 menit.
4.
Direkam dengan video, dan diputar
ulang sebagai bahan masukan terhadap ketrampilan yang sudah dipelajari.
5.
Jika perlu, diperlihatkan kepada
kelompok yamg berbeda untuk melihat kelemahan-kelemahan terdahulu.
6.
Pengajaran micro ada kaitannya
dengan praktik di lapangan dalam situasi yang sesungguhnya
Dalam pelaksanaan Pengajaran Mikro (Micro Teaching), Tahap
Pertama dan Kedua mahasiswa diarahkan untuk memahami wawasan dan landasan teori
Keterampilan Dasar Mengajar yang harus dikuasai serta mengamati dan mencontoh
penerapan model – model keterampilan mengajar sesuai bidang studinya. Tahap
Ketiga adalah Penyusunan Perencanaan Program Pembelajaran dengan mengacu pada
format yang telah ada dan dipelajari. Tahap keempat adalah setiap calon
guru/dosen dalam kelompok masing – masing akan mempraktikkan satu sesi
pengajaran dengan kontrak keterampilan dasar mengajar yang berbeda – beda
secara terisolasi. Setelah presentasi calon guru/dosen saling memberikan
komentar (Debriefing) terhadap apa yang telah berjalan dan pada Tahap
Kelima anggota lain memberikan Feed Back yang konstruktif terhadap
presentasi yang telah dilakukan. Hasil dari Feed Back penampilan yang
pertama ini digunakan Masukan dan Perbaikan untuk menyusun persiapan dan
Praktik Ulang dengan kontrak menerapkan Ketreampilan Dasar Mengajar secara
ter-Integrasi pada Tahap Enam dan Tujuh. Dalam rangka Observasi latihan praktik
mengajar, digunakan alat bantu VTR (Video Tape Recorder).[10]
Tujuan penggunaan alat tersebut adalah untuk
merekam penampilan guru/dosen ketika sedang berlatih mengajar. Tiap – tiap
penampilan dalam pelatihan mengajar dianalisis bersama oleh Observer dan
Supervisor. Dengan menggunakan alat bantu VTR, penampilan mengajar dapat
diputar kembali, sehingga pihak yang berlatih dapat mengamati penampilannya.
Dengan cara ini pula, pihak yang berlatih dapat menganalisis penampilannya
bersama observer dan fasilitator
E.
Kendala pelaksanaan micro
teaching.
Sebaik apapun tujuan micro teaching
dan team teaching, dalam pelaksanaanya akan ada kendala. namun begitu, kendala
tersebut tidak kemudian menyurutkan semangat belajar. Sebaliknya, ia semakin menggugah
semangat berkreasi dan berinovasi. Secara global, kendala yang terjadi dalam
pelaksanaan micro teaching sebagai berikut :
1.
Keterbatasan Fasilitas fasilitas
sangat penting untuk menunjang keberhasilan sebuah program, khususnya micro
teaching. Misalnya, ruang laboratorium, peralatan audio visual, dan lain-lain.
Tanpa fasilitas tersebut, micro teaching tidak akan maksimal dan efektif.
2.
Siswa kurang interaktif Segala
sesuatu yang baru, tentu terasa asing bagi siapapun. demikian juga yang
terjadipada saat micro teaching. Perubahan ini mungkin membuat suasana belajar
sebagian murid tidak nyaman, akhirnya mereka memilih dian dan pasif.
3.
Kurangnya kerjasama Kerjasama
merupakan prasyarat mutlak dalam meraih kesuksesandalam hal micro teaching.
Namun dalam pelaksanaannya sulit dilakukan kerja sama . Egoisme dan
individualisme harus dibuang jauh-jauh. Visi dan misi bersma dlam satuan
kolektivitas dan kohesivitas akan menumbuhkan saling pengertian, dan saling
memiliki satu dengan yang lain tanpa ada kecurigaan.
4.
Kurangnya pendanaan Aspek dana
sering kali menjadi kendala serius dalam pelaksanaan micro teaching. Tidak
adanya fasilitas dan lain sebagainya , adalah karena minimnya dana.[11]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Micro teaching adalah suatu strategi yang telah dimodifikasi secara khusus untuk
memberikan pelatihan mengajar terhadap para calon pendidik (guru) dengan
tujuan untuk mengembangkan keterampilan dasar mengajar seorang calon pendidik,
dalam bentuk pengajaran mikro (skala kecil), dengan menyederhanakan atau
memperkecil aspek pembelajarannya seperti jumlah murid, waktu dan materinya,
sehingga para calon pendidik dapat memahami kelebihan dan kelemahan yang
dimilikinya, serta dapat memperbaiki kelemahan dan mengembangkan kemampuan
tersebut agar dapat menjadi seorang pendidik (guru) yang professional.
Fungsi micro teaching sebagai sumber
belajar Micro teaching ialah untuk memperkuat program Pengalaman
Lapangan.
B.
Saran
Semoga pembahasan makalah ini
bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya kita sebagai calon
pendidik dalam memilih media pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam
proses pembelajaran. Kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan demi
perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Syafahabibah, http://syafahabibah-myblog.blogspot.co.id/2013/06/fungsi-dan-manfaat-micro-teaching.html
http://wacanakeilmuan.blogspot.co.id/2011/05/media-pembelajaran-pai.html
Murni, Wahid, dkk. (2010). Keterampilan
Dasar Mengajar. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Hamalik, Oemar. (2006). Pendidikan
Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta. PT. Bumi Aksara
Uzer Usman (2006). Menjadi Guru
Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Wardani, IGAK (2005). Dasar – Dasar
Komunikasi dan Keterampilan Dasar Mengajar. Jakarta : Pusat Antar
Universitas – Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional –
Universitas Terbuka (PAU-PPAI-UT)
Wardani, IGAK (2005). Praktik Mengajar.
Jakarta : Pusat Antar Universitas – Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas
Instruksional – Universitas Terbuka (PAUPPAI-UT).
Amat Mukhadis (2005). Micro Teaching
: Karakteristik dan Prosedur Pelaksanaannya. Materi Pelatihan
Pengembangan dan Pemanfaatan Laboratorium Micro Teaching di FKIP Universitas
Slamet Riyadi Surakarta ; 29 – 30 Januari 2005. LP3 Universitas Negeri Malang.
[7] Adimasbayu, https://adimasbayu.wordpress.com/2014/04/20/makalah-pembelajaran-micro-teaching/
diunduh pada tanggal 28 April 2017.
[9] Syafahabibah, http://syafahabibah-myblog.blogspot.co.id/2013/06/fungsi-dan-manfaat-micro-teaching.html diunduh pada tanggal 28 April 2017.
[11] Syafahabibah, http://syafahabibah-myblog.blogspot.co.id/2013/06/fungsi-dan-manfaat-micro-teaching.html
diunduh pada tanggal 28 April 2017.
Komentar
Posting Komentar